17 Oktober 2011

My Biggest Fear...

Berat sebenarnya gw mau nulis ini. Karena inilah sebenarnya ketakutan terbesar gw jikalau gw bener-bener mengikuti program IVF (In Virto Fertilisation). the BIG 'What IF' selalu menghantui gw. Yup..!! Gimana jika folikel gw tidak mencapai ukuran yang semestinya? bagaimana jika jumlah sel telur gw sedikit? Bagaimana jika nanti kalau ternyata tidak ada embrio yang dapat dihasilkan pada saat pembuahan? Bagaimana jika ternyata embrio-embrio yang terbentuk itu tidak dapat menempel didinding rahim gw? Daaann....jikalau semua itu berhasil (amin) Bagaimana Jika gw melahirkan anak yang tidak sempurna..?? Gosh...semua itu bener-bener menghatui gw selama ini..

Sampai satu minggu yang lalu, gw masih merasa beruntung memiliki teman dari saat kuliah S1 yang juga mengikuti program IVF dengan dokter dan rumah sakit yang sama dengan gw. Walaupun dia selangkah lebih maju dari gw, buat gw itu adalah 'keberuntungan' tersendiri bagi gw. Kenapa? karena dari dialah gw jadi tahu banyak langka-langkah yang harus dilakukan dalam IVF ini. Dan karena dia juga lah gw merasa termotivasi untuk menjalani program IVF ini. *thanks to you my dear friend... :*

Sampai pada akhirnya hari jumat minggu lalu, saat gw sampai rumah sepulang dari kantor gw gak sengaja baca status BBMnya dengan kata-kata 'Tuhan sudah kasih rapor'. Saat itu gak ada fikiran yang aneh terlintas dibenak gw walaupun jauh didalam hati gw sempet bertanya-tanya dan merasa ada sesuatu yang gak beres. Tapi, sekali lagi, gw tidak mau berburuk sangka. Lalu saat esok pagi hari (sabtu pagi) gw gak sengaja kembali membaca status BBMnya dengan kata-kata : 'emang belum rezeki'. Sumpah penasaran, akhirnya gw kirim text bbm :'kenapa loe?'. Dan mengalirlah perbincangan via BBM, yang pada intinya dia mengabarkan kalau ternyata embrionya yang ditanam tanggal 28 september itu tidak berhasil menempel dirahimnya...!! Dhuaarr...bagai kesamber petir, gw langsung speechless, shaking, and shocking for sure..!! Don't know what to say, what i have to write. Akhirnya gw cuma bisa nulis : 'ketemuan yuukk...nonton, makan,etc. gw juga lagi sendirian nih di rumah...boseennn...' Secara gw juga tau kalau temen gw ini juga lagi gak ada suaminya, suaminya emang kerja di field di kalimantan sana.

Akhirnya, setelah BBMan panjang lebar, kita sepakat ketemuan di gading Mall jam 1an siang. Jam setengah dua gw sampai di Gading Mall. Berhubung temen gw belum dateng, gw plesiran di Sogo, beli bed protector pada akhirnya... :( Kira-kira 15menit kemudian, temen gw sampe. Kita ketemuan di food court MKG 3. Kerena emang sama-samabelum makan siang, akhirnya kita ke eat&eat. Setelah pesen makan, kita cari meja ditempat yag agak sepian. lalu tanpa dikomando, maluncurlah segala keluh kesah kita berdua selama mengarungi 7 tahun lebih pernikahan kita.

Jujur, dari awal emang gw gak mau mengungkit-ungkit tentang kegagalan IVF nya, Jadi gw lebih banyak ngebahas kenapa sampai akhirnya ikut program IVF, udah kedokter siapa aja? tas-tes apa aja yang udah dilakuin, etc. Tapi ya itu, biar lebih adil maka gw duluan yang cerita ;). Dan sampai pada akhirnya perbincangan kita pada dokter yang menagani kita. Bukan buat bahas teknik atau prosedur yang beliau berikan kepada kami, tapi lebih tepatnya kita bergosip tentang beliau. Caranya menagani kita pada saat periksa, kenapa dia begini dan kenapa dia begitu. Ahahaha...what a silly gossip... ;p *sorry doc, didn't meant anything.. ;)

Ah, senangnya pada akhirnya gw bisa lihat temen gw ketawa lagi. Walau gw tau didalam hatinya pasti masih merasa sedih :( Tapi, ah sudahlah setidaknya dia tau kalau ada seseorang yang bisa dia ajak bicara, berbagi apapun disaat dia merasa sedang tidak ada sorangpun yang peduli dengannya. Aaahh...what a lovely day, spent all my evening with friend. Knowing someone still trusting me and share her story.
Be strong and tough. I always pray the best best for you my friend... :)


07 Oktober 2011

Flash Back - part 1

Sebelum pada akhirnya gw sama suami memutuskan ikut program IVF, kita sudah ke 3 dokter Sp.OG. Pertama kali gw ke Prof. dr. Ichramsjah SpOG di klinik Yasmin RSCM. itu juga karena mama pasien beliau saat menjelang menopause. ge inget banget saat itu sekitar awal tahun 2005, enam bulan setelah gw nikah. Dengan Prof. Iam gw cuma dikasih obat2 penyubur yang pada akhirnya bikin gw gendut sekitar 15anKg dengan sukses..!! Masuk tahun ke dua, sekitar tahun 2006 kira-kira bulan maret (mei?) gw menstruasi selama 2 minggu tanpa henti. Saat di USG, emang penuh dengan darah di rahim gw. Akhirnya dikasih obat buat untuk menghentikan perdarahan. Tapi, seminggu setelah minum obat, gw tetep perdarahan. Akhirnya pas di hari ke 8 setelah minum obat, gw balik lagi ke Prof. Iam. Saat di USG, rahim gw terlihat bersih, tapi tetep terjadi perdarahan. Karena itu, beliau menjadwalkan gw buat dilakukan tindakan esok pagi.

Keesokan harinya, kl gak salah sih hari jumat ya..gw dateng pagi-pagi ke RS Budhi Jaya Tebet. jam 6 pagi gw sama suami udah sampe di RS. Setelah melapor dibagian admission, gw langsung dibawa keruang tindakan. Yang gw inget, saat itu jam 6.30 pagi dan ternyata gak cuma gw sendiri karena ada wanita lain diruang tersebut. Dan gw adalah pasien yang ditindak kedua setelah wanita disebalah gw itu. Gw gak tau gimana prosesnya, tau-tau gw udah sadar diruang pemulihan. Kalau kata suami gw, tindakan yang dilakukan oleh Prof Iam terhadap gw adalah D/C atau Dilation and Curettage. Dan memang ternyata di bibir vagina gw ada polip..wakwaw...Maka diambilah polip gw itu. Setelah pengangkatan polip, Prof Iam juga langsung melakukan hydrotubasi, yaitu menyemprotkan cairan yang berisi obat-obatan melalui saluran servik yang tujuannya untuk mengetahui apakah ada penyumbatan di saluran ketua tuba fallopi. Hasilnya? tentu aja ada penyumbatan, karena tidak semua cairan yang dimasukan berhasil masuk..:( Sedih? ya iyalah...tapi mau gimana lagi? 

Setelah seminggu dw di D/C, gw kontrol lagi. Saat itu Prof Iam menganjurkan gw buat laparoscopy. Selain itu, suami gw dirujuk ke androlog untuk tes sperma, sementara gw disuruh tes darah buat melihat antibodi gw. Semuanya kita jalani kecuali buat laparoscopy nya. Saat itu gw masih trauma dengan tindakan, jadilah gw gak mau operasi laparoscopy..:p 
Dengan Prof Iam, ada kali sekitar 2 tahun gw berobat. karena belum ada hasil dan gw nya juga lama-lama sedikit drop secara mental, akhirnya sekitar tahun 2007 gw stop berobat ke Prof Iam. Sempet juga gw ke dr. Didi Suryadi yang kebetulan adalah bapaknya temen gw. tapi itu juga karena perdarahan gw kumat. Sama beliau sempet diatur lagi siklus menstruasi gw. Konsultasi dengan dr, Didi cuma bertahan sekitar 6bulan aja, setelah itu gw bener-bener gak melakukan konsultsi ke dokter spesialis kandungan manapun.. ;)